Kematian adalah sebuah keniscayaan. Setiap orang pasti bakal mati. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Anbiya ayat 35:
كلّ نفسٍ ذائقةُ الموت ونبلوكمْ بالشر والخيرفتنةً وَإلينا ترجعوْنَ
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan”.
Kematian merupakan satu hal lumrah yang harus dijalani oleh setiap insan. Setiap manusia tidak diperkenankan untuk meminta dipercepat kematiannya atau diundurkan waktunya. Kalau Allah SWT sudah mentakdirkan seseorang mati, maka matilah ia. Firman Allah SWT dalam Surat Al-‘Araf ayat 34:
ولكل أمة أجل فإذا جاء أجلهم لايستأخرون ساعة ولايستقدمون
“Tiap-tiap umat mempunyai ajal, maka apabila telah datang ajalnya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya”.
Juga Firman-Nya dalam Surat Al-Mu’minun ayat 43:
ما تسبق من أمة أجلها وما يستأخرون
“Tidak (dapat) sesuatu umatpun mendahului ajalnya, dan tidak (dapat pula) mereka terlambat (dari ajalnya itu)”.
Minimal dua i’tibar atau hikmah peristiwa kematian, antara lain:
Diceritakan, pada masa lalu penduduk Yaman tidak suka membawa bekal dalam perjalanan, termasuk perjalanan ke Tanah Suci untuk menunaikan ibadah haji. Mereka merasa cukup dengan tawakal kepada Allah. Namun, mereka ternyata menjadi telantar, lalu melakukan hal-hal yang tidak terpuji, seperti meminta-minta, mencuri, dan merampas. Lalu Allah SWT menurunkan ayat 197 dari Surat Al-Baqarah, yaitu:
وتزودوا فإن خير الزاد التقوى, واتقون يأول الألباب
“Berbekallah, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa, dan bertaqwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal”.
Oleh karena itu sebelum ajal kita sampai pada waktunya, alangkah lebih baik dan bijaksana setiap diri dari kita mempersiapkan dua hal terpenting yakni keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Berbuatlah sesuatu di dunia ini yang dapat meningkatkan keimanan dan ketaqwaan. Kumpulkanlah amal sebaik-baiknya dan sebanyak-banyaknya. Ingatlah sabda Rasul SAW yang menyatakan bahwa “Ketika seseorang meninggal dunia, ia akan diantar oleh tiga perkara, yaitu harta, keluarga, dan amal. Setelah dikuburkan, maka yang dua (harta dan keluarga) kembali, sementara yang tersisa dan menemani mayat di kuburan hanyalah satu, yakni amal”. Dengan demikian marilah kita tunjukkan pada Allah SWT sebuah bukti nyata bahwa kita pun bisa untuk beramal sholeh selama di dunia sebagai bekal menuju akhirat. Pepatah Barat mengatakan “Bring supply when You go, Bring charity when You die (Bawalah bekal ketika Anda pergi, bawalah amal ketika Anda Mati).
2. Menyadarkan Manusia untuk tidak Berlaku Sombong atau Takabur selama di Dunia
ولاتمش فى الأرض مرحا, إنّك لن تخرق الأرض ولن تبلغ الجبال طولا
“Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung”.
Melalui kedua hikmah peristiwa kematian seperti yang diuraikan di atas, semoga menjadi pendorong bagi kita untuk terus-menerus berlomba-lomba dalam kebaikan (Fastabiqul Khoirot) sebagai bekal dan sarana penyadaran akan betapa pentingnya memanfa’atkan waktu atau sisa hidup selama di dunia ini, sebab cepat atau lambat kita semua akan menemui sebuah peristiwa fenomenal, yakni kematian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar