THE LIGHT OF AL-QUR'AN

Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket

MY SCHOOL LAST TIME

MY PHOTOS

Jumat, 11 April 2008

VARIASI MENGAJAR

Proses belajar mengajar merupakan sebuah kegiatan yang integral (utuh terpadu) antara siswa sebagai pelajar yang sedang belajar dengan guru sebagai pengajar yang sedang mengajar. Dalam kesatuan kegiatan ini terjadi interaksi resiprokal, yakni hubungan antara guru dengan para siswa dalam situasi instruksional, yaitu suasana yang bersifat pengajaran.

Dari pernyataan tersebut dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa ternyata dalam proses belajar mengajar pasti melibatkan dua komponen penting, yakni guru dan siswa.

Dari aspek guru, maka pada tataran pelaksanaan proses pembelajaran, seyogyanya memiliki berbagai kemampuan untuk mendukung ke arah pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, baik kemampuan yang bersifat kognitif, afektif, maupun psikomotor. Di samping itu, fungsi atau peranan guru juga menjadi hal yang teramat penting untuk diwujudkan. Kemampuan dan fungsi tersebut, dalam pandangan Muhibbin Syah (2006: 250-251), mencakup guru sebagai designer of instruction (perancang pembelajaran), manager of instruction (pengelola pembelajaran), dan evaluator of student learning (penilai prestasi belajar siswa).

Salah satu fungsi guru itu yang merupakan inti (core) proses belajar mengajar adalah sebagai manager of instruction. Posisi tersebut menghendaki kemampuan guru dalam mengelola (menyelenggarakan dan mengendalikan) seluruh tahapan proses belajar mengajar. Di antara kegiatan-kegiatan pengelolaan proses belajar mengajar, yang terpenting ialah menciptakan kondisi dan situasi sebaik-baiknya, sehingga memungkinkan para siswa belajar secara berdayaguna dan berhasilguna.

Dalam mengelola proses pembelajaran, maka satu di antara kemampuan yang mesti dikuasai guru adalah kemampuan variasi mengajarnya, sebab variasi mengajar yang diterapkan oleh guru akan berimplikasi secara luas terhadap mudah atau tidaknya proses pencapaian tujuan pembelajaran. Termasuk juga di dalamnya akan berdampak pada setiap kegiatan/aktivitas belajar siswa.

A. Pengertian Variasi Mengajar

Variasi mengandung beberapa arti, yaitu: 1) tindakan atau hasil perubahan dari keadaan semula; 2) selingan; 3) bentuk (rupa) yang lain; 4) perubahan rupa (bentuk) yang turun temurun pada binatang yang disebabkan oleh perubahan lingkungan (Depdiknas RI, 2003: 1259). Maka yang dimaksud dengan variasi mengajar dalam dunia pendidikan adalah bermacam atau beragamnya bentuk (rupa) kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam menyajikan materi pelajaran kepada siswa.

B. Pentingnya Variasi Mengajar

Tak dapat dipungkiri bahwa dalam proses belajar mengajar adakalanya siswa, bahkan guru, mengalami kejenuhan. Hal ini tentu menjadi problem bagi tercapainya tujuan pembelajaran. Untuk mengatasi kejenuhan itu perlu diciptkan situasi dan kondisi belajar mengajar yang bervariasi. Apabila guru mampu menghadirkan proses mengajar yang bervariasi, kemungkinan besar kejenuhan tidak akan terjadi.

Kejenuhan siswa dalam memperoleh pembelajaran dapat diamati selama proses belajar mengajar berlangsung, seperti kurang perhatian, mengantuk, ngobrol dengan sesame teman, pura-pura permisi mau ke kamar kecil, hanya untuk menghindari kebosanan itu. Karenanya, pembelajaran yang bervariasi sangat urgen (penting) artinya bagi terlaksananya pencapaian tujuan, sehingga situasi dan kondisi belajar mengajar berjalan normal.

C. Tujuan Variasi Mengajar

Tujuan variasi mengajar mencakup empat macam, yaitu:

1. Agar Perhatian Siswa Meningkat

Selama proses pembelajaran berlangsung siswa dituntut untuk memperhatikan materi, sikap, dan teladan yang diberikan guru. Apabila perhatian siswa berkurang, apalagi tidak memperhatikan sama sekali, maka sulit diharapkan jika siswa mengetahui dan memahami apa yang diuraikan guru. Maka peran guru sangat penting artinya untuk membuat siswa terpusat pada penyajian pelajarannya. Di sinilah guru harus mampu menampilkan variasi mengajarnya.

2. Memotivasi Siswa

Dalam belajar, guru dapat mengamati perbedaan prestasi siswa yang satu dengan lainnya. Hasil pengamatan niscaya akan menunjukkan bahwa semakin tinggi prestasi yang dicapai seorang siswa, salah satunya terkait dengan besar atau tingginya motivasi yang ia miliki. Atas dasar itu dapat ditegaskan bahwa motivasi memegang peranan yang sangat penting dalam belajar. Siswa yang tidak memiliki motivasi belajar, dengan demikian tidak akan mendapatkan kualitas belajar dan prestasi yang baik. Selain siswa sendiri harus menjaga motivasinya, guru juga hendaklah membantu siswa untuk menjaga dan meningkatkan motivasi belajarnya. Dalam konteks inilah variasi mengajar yang dilakukan oleh guru berkontribusi sangat besar dalam membantu siswa agar lebih termotivasi dalam belajar. Kasus ada beberapa siswa yang kurang termotivasi belajar, salah satunya harus diakui akibat guru kurang mampu menampilkan pembelajaran yang bervariasi.

Guru dapat mempergunakan variasi upayanya dalam membangkitkan motivasi siswa, antara lain dengan: menciptakan persaingan di antara siswa, menyatakan tujuan secara jelas kepada siswa, memberikan penilaian atau angka, memberikan pujian, hadiah, hukuman, penguatan, dan sebagainya.

3. Menjaga Wibawa Guru

Guru hendaknya menyadari bahwa kehadirannya sewaktu mengajar tidak seluruh siswa menyenanginya. Banyak guru yang kehadirannya di kelas disambut dengan senyum kecut, ditertawai, bahkan adakalanya siswa menggunjing guru, baik melalui singgungan (tidak langsung) atau menggunjing ketika guru itu selesai mengajar. Kondisi ini akan berpengaruh buruk terhadap penerimaan materi pelajaran oleh siswa. Dengan kata lain siswa tidak akan optimal mengikuti dan memperoleh pengajaran dari guru.

Faktor ketidaksenangan siswa terhadap guru umumnya terjadi sebagai reaksi terhadap perilaku guru selama mengajar. Umpamanya, ketika mengajar guru duduk saja. Cara ini mengundang gunjingan dari siswa, misalnya siswa menyebut “Pak Ambeyen”. Atau guru hanya menggunakan ceramah saja sehingga tidak pernah melakukan kegiatan tulis menulis di papan tulis. Cara demikian ini juga dapat mengundang gunjingan seperti siswa menyebut gurunya dengan “Tukang Obat”. Gunjingan tersebut dengan jelas merendahkan wibawa guru di mata siswa.

Untuk menghindari berbagai kejadian yang dapat merendahkan wibawa guru, salah satunya guru harus mampu mengajar dengan penuh percaya diri, memiliki kesiapan mental dan intelektual, memiliki kekayaan metode, keluasan teknik, dan sebagainya. Dengan kata lain guru harus memiliki bentuk dan model pengajaran yang bervariasi.

4. Mendorong Kelengkapan Fasilitas Pembelajaran

Guru yang memiliki kemampuan variasi mengajar terlebih dahulu ditentukan oleh penguasaannya terhadap seluruh elemen pembelajaran, seperti metode, materi, media, bahan, pendekatan. Jika hal-hal itu kurang, apalagi tidak dikuasai, maka akan sangat sulit mendambakan seorang guru yang memiliki variasi mengajar secara tepat dan diterima oleh siswa.

Aspek lain yang sangat penting bagi kemampuan guru memiliki variasi mengajar bergantung kepada ketersediaan fasilitas yang ada di kelas/sekolah. Sebab sangat disadari bahwa fasilitas merupakan kelengkapan belajar yang harus ada di sekolah. Fungsi fasilitas antara lain sebagai alat Bantu, peraga dan sumber belajar. Jika guru mampu menghadirkan pembelajaran yang bervariasi, maka dengan sendirinya akan memicu sekolah menyediakan berbagai fasilitas yang mendukung bagi penggunaan pembelajaran yang bervariasi, atau setidak-tidaknya siswa secara kreatif menyediakan berbagai fasilitas yang memungkinkan ketika guru mengajar tersedia fasilitas yang memadai.

D. Komponen/Dimensi Variasi Mengajar

Terdapat tiga komponen atau dimensi variasi mengajar, antara lain:

a. Variasi gaya mengajar

Bagi siswa, variasi gaya mengajar dilihat sebagai sesuatu yang energik, antusias, bersemangat, dan semuanya memiliki relevansi dengan hasil belajar. Perilaku guru seperti itu dalam proses pembelajaran akan menjadi dinamis dan mempertinggi komunikasi antara guru dan anak didik, menarik perhatian anak didik, menolong penerimaan bahan pelajaran, dan memberikan stimulasi. Variasi gaya mengajar ini terdiri dari:

1. Variasi suara

Guru dapat bervariasi dalam intonasi, nada, volume, dan kecepatan. Guru dapat mendramatisasi suatu peristiwa, menunjukkan hal-hal yang dianggap penting, berbicara secara pelan dengan seorang anak didik atau berbicara secara tajam dengan anak didik yang kurang perhatian.

2. Penekanan (focusing)

Untuk memfokuskan perhatian anak didik pada suatu aspek yang penting atau aspek kunci, guru dapat menggunakan penekanan secara verbal. Penekanan seperti itu biasanya dikombinasikan dengan gerakan anggota badan yang dapat menunjuk dengan jari atau memberi tanda pada papan tulis.

3. Pemberian waku (pausing)

Untuk menarik perhatian anak didik dapat dilakukan dengan mengubah yang bersuara menjadi sepi, dari suatu kegiatan menjadi tanpa kegiatan atau diam, dari akhir bagian pelajaran ke bagian berikutnya. Bagi anak didik, pemberian waktu dipakai untuk mengorganisasikan jawabannya agar menjadi lengkap.

4. Kontak pandang

Bila guru berbicara atau berinteraksi dengan anak didik, sebaiknya mengarahkan pandangannya ke seluruh kelas, menatap mata setiap anak didik untuk dapat membentuk hubungan yang positif dan menghindari hilangnya kepribadian.

5. Gerakan anggota badan (gesturing)

Variasi dalam mimik, gerakan kepala atau badan marupakan bagian yang penting dalam komunikasi. Tidak hanya untuk menarik perhatian saja, tetapi juga mendorong dalam menyampaikan arti pembicaraan.

6. Pindah posisi

Perpindahan posisi guru dalam ruang kelas dapat membantu dalam menarik perhatian anak didik, dapat meningkatkan kepribadian guru. Perpindahan posisi dapat dilakukan dari muka ke bagian belakang, dari sisi kiri ke sisi kanan, atau di antara anak didik dari belakang ke samping anak didik.

b. Variasi media dan bahan ajar

Media dan alat pelajaran bila ditinjau dari indera yang digunakan dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu yang dapat didengar, dilihat, dan dapat diraba. Penggunaan media dan bahan ajar yang multimedia dan relevan dengan tujuan pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar sehingga lebih bermakna dan tahan lama. Variasi media dan bahan terdiri dari:

1. Variasi media pandang

Variasi alat atau bahan yang dapat dilihat (visual aids): alat atau media yang termasuk ke dalam jenis ini ialah yang dapat dilihat, antara lain: grafik, bagan, poster, diorama, specimen, gambar, dan slide.

2. Variasi media dengar

Variasi alat atau bahan yang dapat didengar (auditive aids): suara guru termasuk ke dalam media komunikasi utama di ruang kelas. Rekaman suara, suara radio, musik, deklamasi puisi, sosiodrama, telephone dapat dipakai sebagai indera dengar yang divariasikan dengan indera lainnya.

3. Variasi media taktik

Variasi ini bermakna penggunaan media yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk menyentuh dan memanipulasi benda atau bahan ajar. Dalam hal ini akan melibatkan anak didik dalam kegiatan penyusunan atau pembuatan model, yang hasilnya dapat disebut sebagai media taktik. Penggunaan media ini pada dasarnya merangsang siswa untuk kreatif. Umpamanya, guru memperlihatkan dan menjelaskan tentang peta pulau Jawa, setelah itu siswa disuruh untuk menggambarkan peta tersebut. Cara ini akan memudahkan siswa untuk mengingat pula atau nama-nama kota, sungai, pasar, dan lain sebagainya yang terdapat dalam pulau tersebut.

c. Variasi interaksi

Variasi dalam pola interaksi yang lazim dilakukan guru ada dua hal, yaitu:

  1. Siswa belajar atau melakukan aktivitas lainnya dalam ruang lingkup pembelajaran secara bebas tanpa campur tangan dari guru.
  2. Siswa hanya mendengarkan secara pasif sedangkan guru berbicara secara aktif sehingga seluruh proses pembelajaran didominasi oleh guru.

Namun di antara dua jenis pola di atas, yang pertama akan lebih baik, sekalipun yang ideal adalah antara guru dan siswa memiliki peranan yang proporsional. Dalam arti guru tidak mendominasi kelas dan siswa juga memiliki kebebasan tanpa berarti tidak ada kendali guru. Guru memainkan peranan sebagai fasilitator, artinya orang yang memberikan kemudahan pada siswa untuk bias belajar.

E. Landasan Penetapan Variasi Mengajar

Dalam penggunaan variasi mengajar harus tersusun berdasarkan rencana yang jelas dan didasarkan pada rujukan tujuan pembelajaran. Untuk mencapai keharusan tersebut maka seorang guru dituntut kearifan dalam menggunakan variasi mengajarnya. Beberapa landasan untuk mewujudkan kearifan tersebut diantaranya sebagai berikut:

  1. Variasi pengajaran yang diselenggarakan harus menunjang dan dalam rangka merealisasikan tujuan pembelajaran.
  2. Penggunaan variasi mengajar harus lancar dan berkesinambungan, tidak mengganggu proses belajar mengajar dan anak didik akan lebih memperhatikan berbagai proses pembelajaran secara utuh.
  3. Penggunaan variasi mengajar harus terstruktur, terencana dan sistematik.
  4. Penggunaan variasi mengajar harus luwes (tidak kaku) sehingga kehadiran variasi itu makin mengoptimalkan kegiatan belajar mengajar. Di samping itu penggunaannya bersifat spontan dan merupakan umpan balik.

Kearifan itulah setidak-tidaknya yang diperlukan seorang guru dalam penggunaan variasi mengajar. Kearifan itu menunjukkan bahwa dalam penggunaan variasi mengajar, guru hendaklah memperhatikan keberadaan siswa, situasi, dan kondisi lingkungan.

Tidak ada komentar: