THE LIGHT OF AL-QUR'AN

Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket

MY SCHOOL LAST TIME

MY PHOTOS

Jumat, 11 April 2008

METODE PEMBELAJARAN

A. Pengertian Metode Pembelajaran

Metode secara harfiah berasal dari bahasa Yunani (Greek) “methodos”, yang artinya jalan/cara. Dalam pemakaian yang umum, metode diartikan sebagai cara melakukan suatu kegiatan atau cara melakukan pekerjaan dengan menggunakan fakta dan konsep-konsep secara sistematis. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas RI, 2003: 740), metode diartikan sebagai: 1) cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki; dan 2) cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.

Dalam dunia psikologi, metode berarti prosedur sistematis (tata cara berurutan) yang biasa digunakan untuk menyelidiki fenomena (gejala-gejala) kejiwaan. Maka metode pembelajaran artinya cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran, khususnya kegiatan penyajian materi pelajaran kepada siswa.

B. Kedudukan Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran memiliki tiga kedudukan, yaitu:

  1. Motivasi ekstrinsik sebagai alat pembangkit motivasi belajar.
  2. Metode sebagai strategi pengajaran dalam menyiasati perbedaan individual anak didik.
  3. Metode sebagai alat untuk mencapai tujuan, metode dapat meningkatkan daya serap materi bagi siswa dan berdampak langsung terhadap pencapaian tujuan.

C. Nilai Strategis Metode Pembelajaran

Metode merupakan alat atau fasilitas untuk mengantarkan bahan pelajaran mencapai tujuan. Oleh karena itu bahan pelajaran yang disampaikan tanpa memperhatikan pemakaian metode justru akan mempersulit guru dalam mencapai tujuan pengajaran. Pengalaman membuktikan bahwa kegagalan pengajaran salah satunya disebabkan oleh pemilihan metode yang kurang tepat. Kelas yang kurang bergairah dan kondisi anak didik yang kurang kreatif dikarenakan penentuan metode yang kurang sesuai dengan sifat bahan dan tidak sesuai dengan tujuan pengajaran. Karena itu, dapat dipahami bahwa metode adalah suatu cara yang memiliki nilai strategis dalam kegiatan pembelajaran. Dikatakan demikian karena metode dapat mempengaruhi jalannya kegiatan belajar mengajar.

D. Ciri-Ciri Umum Metode yang Baik

Setiap guru yang akan mengajar senantiasa dihadapkan pada pilihan metode. Banyak macam metode yang bisa sipilih guru dalam kegiatan mengajar, namun tidak semua metode bisa dikategorikan sebagai metode yang baik, dan tidak pula semua metode dikatakan jelek. Kebaikan suatu metode terletak pada ketepatan memilih sesuai dengan tuntutan pembelajaran. Dengan mengutif pendapat Mohammad Al-Toumy, Pupuh Fathurrohman (2001: 54) mengatakan terdapat beberapa ciri dari sebuah metode yang baik untuk pembelajaran, yakni:

  1. Berpadunya metode dari segi tujuan dan alat.
  2. Bersifat luwes, fleksibel dan memiliki daya sesuai dengan watak siswa dan materi.
  3. Bersifat fungsional dalam menyatukan teori dengan praktek dan mengantarkan siswa pada kemampuan praktis.
  4. Tidak mereduksi materi, bahkan sebaliknya justru mengembangkan materi.
  5. Memberikan keleluasaan pada siswa untuk menyatakan pendapatnya.
  6. Mampu menempatkan guru dalam posisi yang tepat, terhormat dalam keseluruhan proses pembelajaran.

E. Prinsip-Prinsip Penentuan Metode

Metode mengajar yang digunakan guru dalam setiap pertemuan kelas bukanlah asal pakai, tetapi setelah melalui seleksi yang berkesesuaian dengan perumusan tujuan pembelajaran khusus. Jarang sekali terlihat guru merumuskan tujuan hanya dengan satu rumusan, tetapi pasti guru merumuskan lebih dari satu tujuan. Karenanya guru pun selalu menggunakan metode yang lebih dari satu. Pemakaian metode yang satu digunakan untuk mencapai tujuan yang satu, sementara penggunaan metode yang lain juga digunakan untuk mencapai tujuan yang lainnya.

Metode apapun yang dipilih dalam kegiatan belajar mengajar hendaklah memperhatikan beberapa prinsip yang mendasari urgensi metode dalam belajar mengajar, yakni:

a. Prinsip motivasi dan tujuan belajar.

Motivasi memiliki kekuatan sangat dahsyat dalam proses pembelajaran. Belajar tanpa motivasi seperti badan tanpa jiwa, atau laksana mobil tanpa bensin. Tujuan belajar juga merupakan pedoman yang akan mengarahkan bagi seorang guru dalam proses pembelajaran.

b. Prinsip kematangan dan perbedaan individual.

Belajar memiliki masa kepekaan masing-masing dan tiap anak memiliki tempo kepekaan yang tidak sama. Setiap anak juga mempunyai karakteristik masing-masing. Mereka berbeda satu sama lain.

c. Prinsip penyediaan peluang dan pengalaman praktis.

Belajar dengan memperhatikan peluang sebesar-besarnya bagi partisipasi anak didik dan pengalaman langsung oleh anak jauh memiliki makna ketimbang belajar yang verbalistik. Confusius pernah menekankan pentingnya arti belajar dari pengalaman dengan perkataan: “Saya dengan dan saya lupa, saya lihat dan saya ingat, saya lakukan dan saya paham”.

d. Integrasi pemahaman dan pengalaman.

Penyatuan pemahaman dan pengalaman menghendaki suatu proses pembelajaran yang mampu menerapkan pengalaman nyata dalam suatu daur proses belajar. Prinsip ini didasarkan pada asumsi bahwa pengalaman mendahului proses belajar dan isi pengajaran atau makna sesuatu harus berasal dari pengalaman siswa sendiri.

e. Prinsip fungsional.

Belajar merupakan proses pengalaman hidup yang bermanfaat bagi kehidupan berikutnya. Setiap belajar nampaknya tidak bisa terlepas dari nilai manfaat, sekalipun bisa berupa nilai manfaat teoritik atau praktis bagi kehidupan sehari-hari.

f. Prinsip menggembirakan.

Belajar merupakan proses yang terus berlanjut tanpa henti, tentu seiring kebutuhan dan tuntutan yang terus berkembang. Berkaitan dengan kepentingan belajar yang terus menerus, maka metode belajar jangan sampai memberi kesan memberatkan dan membosankan, sehingga kesadaran belajar berakhir. Dalam pembelajaran perlu diperhatikan konsep PAKIEM atau PAIKEM, yaitu: Pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Inovatif, Efektif, dan Menyenangkan.

F. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode

Pemilihan dan penentuan metode dipengaruhi beberapa faktor, antara lain:

a. Tujuan yang berbeda dari masing-masing mata pelajaran.

Setiap guru hendaknya memperhatikan tujuan dari masing-masing mata pelajaran, di samping itu juga memperhatikan hirarki tujuan pembelajaran, seperti tujuan kurikuler, institusional, tujuan pendidikan nasional. Setiap pembelajaran tidak boleh lepas dari ketercapaian tujuan-tujuan secara hirarkis. Krakteristik tujuan yang akan dicapai sangat mempengaruhi penentuan metode, sebab metode tunduk pada tujuan, bukan sebaliknya.

b. Perbedaan latar belakang individual anak.

Anak didik adalah manusia yang berpotensi yang membutuhkan pendidikan (homo educable). Anak didik sebagai subyek belajar memliki karakteristik yang berbeda-beda, baik minat, bakat, kebiasaan, motivasi, status sosial, lingkungan keluarga, dan harapan terhadap masa depannya. Perbedaan tersebut akan sangat berpengaruh terhadap penentuan metode pembelajaran.

c. Perbedaan situasi dan kondisi dimana pendidikan berlangsung.

Situasi pembelajaran merupakan setting lingkungan pembelajaran yang dinamis. Guru harus teliti dalam melihat situasi. Oleh karena itu pada waktu tertentu guru melaksanakan proses pembelajaran di luar kelas atau di alam terbuka. Setting pembelajaran di alam terbuka biasanya menghendaki metode-metode yang lebih menuntut siswa aktif.

d. Perbedaan pribadi dan kemampuan pendidik.

Setiap pendidik (guru) memiliki kepribadian, performance, style, kebiasaan, dan pengalaman yang berbeda-beda. Kompetensi mengajar biasanya dipengaruhi oleh latar belakang pendidikannya. Guru yang berlatar belakang keguruan biasanya lebih terampil dalam memilih metode dan tepat dalam menerapkannya, sedangkan guru yang berlatar belakang pendidikan non-keguruan, sekalipun tepat dalam menentukan metode, namun sering mengalami hambatan dalam penerapannya.

e. Fasilitas yang berbeda, baik dari segi kualitas maupun kuantitas.

Fasilitas dapat mempengaruhi pemilihan dan penetapan metode mengajar. Oleh karena itu ketiadaan fasilitas akan sanhgat mengganggu pemilihan metode yang tepat, seperti tidak adanya laboratorium IPA, jelas kurang mendukung penggunaan metode eksperimen atau demonstrasi.

G. Macam-Macam Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran terdiri dari beberapa macam, mulai dari yang tradisional-konvensional sampai yang modern-kontemporer. Ada beberapa metode yang sering digunakan dalam pembelajaran, yaitu:

1. Metode Ceramah

Metode ceramah ialah sebuah cara melaksanakan pembelajaran yang dilakukan guru secara monolog dan hubungan satu arah (one way communication). Ceramah adalah sebuah metode mengajar paling klasik, tetapi masih dipakai orang di mana-mana hingga sekarang. Metode ceramah ialah sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Dalam hal ini guru biasanya memberikan uraian mengenai topik (pokok bahasan) tertentu di tempat tertentu dan dengan alokasi waktu tertentu.

Metode ceramah ini wajar digunakan bila menghadapi kondisi sebagai berikut: 1) Jumlah pendengar cukup besar, sehingga kurang atau tidak efektif jika menggunakan metode lain; 2) Bila waktu yang tersedia sedikit, sedang materi yang akan disajikan cukup banyak; 3) Guru bermaksud menerangkan suatu materi yang diramunya dari berbagai bahan bacaan, karena tidak ada buku atau bahan bacaan yang khusus tentang materi itu; 4) Bila guru bermaksud menyimpulkan pokok-pokok penting; 5) Bila guru bermaksud mengulangi pokok-pokok pelajaran yang telah diterangkan, sebelum memasuki pelajaran baru yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya; 6) Metode ini mungkin baik di tangan seorang guru karena piawai dalam berbicara secara lisan, tetapi belum tentu baik bila guru lain yang menerapkannya karena kurang piawai dalam berbicara secara lisan.

2. Metode Diskusi

Metode diskusi ialah metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan belajar memecahkan masalah (problem solving). Metode ini lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok (group discussion) dan resitasi bersama (socialized recitation). Aplikasi metode ini biasanya melibatkan seluruh siswa atau sejumlah siswa tertentu yang diatur dalam bentuk kelompok-kelompok. Tujuannya untuk memotivasi dan memberi stimulasi (rangsangan) kepada siswa agar berpikir dengan renungan yang dalam (reflective thinking).

  1. Metode Tanya Jawab

Metode Tanya jawab ialah penyampaian pelajaran dengan jalan guru mengajukan pertanyaan dan siswa menjawab. Metode ini secara murni tidak diawali dengan ceramah, tetapi siswa sebelumnya sudah diberi tugas, membaca materi pelajaran tertentu dari sebuah atau lebih buku. Lalu di kelas pelajaran dilakukan dengan cara bertanya jawab.

  1. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi ialah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pembelajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang disajikan. Proses belajar mengajar yang dilakukan guru atau orang lain yang khusus diminta atau siswa, memperlihatkan suatu proses pada sejumlah siswa di dalam sebuah kelas. Misalnya bagaimana proses mengerjakan wudhu, shalat, dan lain-lain. Tujuan pokok metode ini ialah untuk memperjelas pengertian konsep dan memperlihatkan (meneladani) cara melakukan sesuatu atau proses terjadinya sesuatu. Asumsi psikologis yang melatarbelakangi perlunya penggunaan metode ini adalah belajar merupakan proses melakukan dan mengalami sendiri (learning by doing and experiencing) apa-apa yang dipelajari. Dengan melakukan dan mengalami sendiri, siswa diharapkan dapat menyerap kesan yang mendalam ke dalam benaknya.

  1. Metode Eksperimen

Metode eksperimen ialah metode pembelajaran dengan cara guru dan siswa bersama-sama mengerjakan sesuatu sebagai latihan praktis dari apa yang diketahui. Proses belajar mengajar dengan menugaskan siswa melakukan percobaan atau mengerjakan sesuatu dan mengamati proses dan hasilnya.

  1. Metode Resitasi (Pemberian Tugas)

Metode resitasi ialah cara guru dalam memberikan tugas yang harus dilakukan siswa, baik selama di kelas maupun di luar kelas. Metode ini memberikan kesempatan belajar bagi siswa di luar kelas, namun tidak sekedar di rumah. Kesempatan belajar dapat dilakukan di masjid, perpustakaan, atau di tempat-tempat lain yang sesuai dengan materi dan tujuan bidang studi yang sedang diajarkan. Pemberian tugas pada hakikatnya adalah menyuruh siswa melakukan suatu pekerjaan yang baik dan berguna bagi dirinya, dalam memperdalam dan memperluas pengetahuan dan pemahamannya. Dalam memberikan tugas, guru sangat dianjurkan untuk memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1) Tugas yang diberikan harus berhubungan erat dengan materi pelajaran yang telah disajikan; 2) Tugas yang diberikan harus sesuai dengan kesanggupan ranah cipta dan ranah karsa siswa; 3) Tugas yang diberikan harus sesuai dengan kesanggupan ranah rasa siswa, dalam arti tidak berlawanan dengan sikap dan perasaan batinnya, sehingga ia dapat melaksanakan tugas tersebut dengan senang hati; 4) Tugas yang diberikan harus jelas, baik jenis, volume, maupun batas waktu penyelesaiannya. Dalam pemberian tugas ini biasanya melewati tiga fase, yaitu fase pemberian tugas, fase belajar/bekerja di luar kelas, dan fase resitasi atau pengulangan untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas setelah dikerjakan.

  1. Metode Sosiodrama dan Bermain Peran (Role Playing)

Sosiodrama ialah metode mengajar dengan mendramakan/memerankan cara tingkah laku di dalam hubungan sosial. Sosiodrama berarti mendramatisasikan cara bertingkah laku dalam hubungan sosial, termasuk bertingkah laku sesuai dengan petunjuk yang harus dilaksanakan dan larangan yang harus ditinggalkan, sedangkan bermain peran berarti mendramatisasikan cara bertingkah laku orang-orang tertentu di dalam posisi yang membedakan peranan masing-masing dalam suatu organisasi atau kelompok di masyarakat. Bermain peran (role playing) adalah situasi suatu masalah diperagakan secara singkat, dengan tekanan utama pada karakter atau sifat orang-orang, kemudian diikuti dengan diskusi tentang masalah yang baru diperagakan tersebut. Langkah-langkah pembelajaran diawali dengan menentukan permasalahan berikut situasinya, mengatur para pelaku, peragaan situasi, menghentikan peragaan setelah mencapai klimaks, menganalisis dan membahas karakteristik yang diperankan, dan mengevaluasi hasil.

Bermain peran (role playing) adalah jenis metode simulasi yang bertitik tolak dari permasalahan yang berhubungan dengan tujuan untuk mengkreasi kembali peristiwa-peristiwa sejarah masa lalu, mengkreasi kemungkinan-kemungkinan masa depan, mengekspos kejadian-kejadian masa kini (Sudirman N, dkk., 1990: 161). Penerapan model pembelajaran role playing mampu membekali siswa dengan beberapa jenis kecerdasan. Menurut Goleman sebagaimana dikutip oleh Mastuhu (2000: 65), bahwa banyak hal atau kejadian yang secara logika benar, tetapi perasaan menyatakan hal itu salah, karena itulah seringkali diperlukan keahlian kecerdasan akal didampingi kecerdasan emosi. Aspek-aspek kecerdasan itu antara lain: kecerdasan akal, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual, dan kecerdasan sosial.

Kecerdasan akal (IQ) merupakan tuntutan untuk mengetahui sesuatu secara sistematis dan logis. Kecerdasan emosi (EQ), yang berakar dalam hati nurani yang amat mendalam dan kesadaran diri. Kecerdasan emosi akan membekali siswa memiliki kemampuan memanfaatkan nilai-nilai luhur dan mengambil keputusan dalam kehidupan bersama, penilaian diri yang mengantarkan peserta didik memiliki kemampuan belajar dari pengalaman dan percaya diri, yang akan mengantarkan peserta didik memiliki kemampuan dan keberanian menyatakan kebenaran. Kecerdasan emosi ini merupakan the inner rudder, kekuatan dari dalam, sifatnya alami dan dapat berkembang dengan kuat melalui berbagai akumulasi pengalaman yang panjang dan beragam. Kecerdasan spiritual atau kecerdasan agama, menurut Goleman, adalah pikiran yang mendapat inspirasi, dorongan, dan aktivitas (kegiatan) yang theisness atau penghayatan ketuhanan yang di dalamnya kita semua memilikinya dan yang harus kita temukan.

Role playing (bermain peran) digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan sebagai berikut:

a. Membantu murid dalam memahami perasaan dan pikiran orang lain yang ditampilkan di dalam tingkah laku masing-masing.

b. Membantu murid agar bersedia berbagi dan memikul tanggung jawab dalam kehidupan bermasyarakat.

c. Membantu murid memahami dan menghormati nilai-nilai dalam kehidupan sebagai bagian dari umat/bangsa.

d. Membantu murid agar mampu menghargai pendapat orang lain.

e. Membantu murid agar berani dan mampu mengambil keputusan dalam kelompoknya (Hadari Nawawi, 1993: 295-302).

Ada enam langkah dalam menerapkan metode pembelajaran role playing, antara lain:

a. Menentukan masalah berikut situasinya.

b. Mengatur para pelaku untuk melakonkan atau memerankan situasi/tokoh.

c. Memperagakan situasi/tokoh.

d. Menghentikan peragaan setelah mencapai titik klimaks.

e. Menganalisis dan membahas karakteristik yang diperankan masing-masing siswa.

f. Mengevaluasi hasil dari analisis peragaan tersebut.

Menurut Hadari Nawawi (1993: 302), terdapat enam hal yang harus dipertimbangkan dan diperhatikan dalam menerapkan role playing, antara lain:

a. Untuk murid yang pertama kali belajar dengan role playing, guru perlu memberikan penjelasan secara sederhana tentang cara-cara penggunaannya.

b. Masalah dan situasi yang akan didramatisasikan harus sesuai dengan tingkat perkembangan murid agar menarik perhatiannya.

c. Guru perlu memberikan penjelasan tentang situasi yang akan didramatisasikan seperlunya.

d. Guru harus menegaskan peranan murid yang tidak ikut dalam dramatisasi atau sebagai penonton (pendengar) yang akan ikut serta dalam diskusi.

e. Pada situasi dramatisasi sampai pada puncaknya, guru harus menghentikannya dan memulai diskusi. Dramatisasi tidak perlu sampai pada kesimpulan akhir dari masalah yang dihadapi, karena akan dilanjutkan dalam diskusi. Dalam diskusi semua murid dengan bimbingan guru harus sampai pada kesimpulan dari pemecahan masalah yang timbul selama dramatisasi.

8. Metode Karyawisata

Metode karyawisata ialah suatu metode yang dilaksanakan dengan jalan mengajak anak-anak ke luar kelas untuk dapat memperlihatkan hal-hal atau peristiwa-peristiwa yang ada hubungannya dengan bahan pelajaran. Siswa dibawa untuk meninggalkan sekolah menuju ke suatu obyek untuk mempeljari sesuatu yang berhubungan dengan pelajaran sesuai kurikulum yang berlaku. Metode ini sering disebut juga studi wisata (studi tour), namun bukan darmawisata, piknik, atau tamasya. Ketiga istilah terakhir bobotnya diletakkan pada rekreasi yang bersifat santai dan menyenangkan, sedangkan bobot metode karyawisata terletak pada upaya mempelajari sesuatu dari lingkungan sekitar.

H. Kelebihan dan Kelemahan Beberapa Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran yang diterapkan oleh seorang guru memiliki beberapa kelebihan dan kelemahannya, antara lain:

a. Metode ceramah

Kelebihan:

1. Dalam waktu relatif singkat dapat disampaikan bahan sebanyak-banyaknya.

2. Organisasi kelas lebih sederhana.

3. Guru dapat menguasai seluruh kelas dengan mudah.

4. Apabila ceramah guru baik, maka akan menimbulkan semangat dalam diri siswa.

5. Lebih fleksibel.

6. Paling ekonomis untuk menyampaikan informasi yang banyak.

7. Paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literature atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli dan daya paham siswa.

Kelemahan:

1. Guru sukar mengetahui pemahaman anak terhadap materi pelajaran.

2. Anak cenderung pasif.

3. Ceramah bisa menimbulkan kebosanan.

4. Arah pelajaran hanya satu arah.

5. Mengandung unsur paksaan kepada siswa.

6. Menghambat daya kritis siswa.

b. Metode Diskusi

Kelebihan:

1. Suasana kelas lebih hidup.

2. Dapat meningkatkan prestasi kepribadian individu.

3. Kesimpulan hasil diskusi mudah dipahami anak.

4. Anak-anak dilatih untuk mematuhi peraturan dan menghargai pendapat siswa lainnya.

5. Merangsang siswa untuk berpikir kritis.

6. Merangsang siswa untuk mengekspresikan pendapatnya secara bebas dan mandiri.

7. Mendorong siswa menyumbangkan buah pikirnya untuk memecahkan masalah bersama.

8. Mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan masalah berdasarkan pertimbangan yang seksama.

Kelemahan:

1. Kemungkinan ada beberapa anak yang pasif. Terkadang diskusi dikuasai oleh anak-anak yang suka berbicara atau ingin menonjolkan diri.

2. Sulit menduga hasil yang dicapai.

3. Pembicaraan terkadang menyimpang, sehingga memerlukan waktu yang panjang.

4. Tidak dapat dipakai pada kelompok besar.

5. Peserta mendapat informasi yang terbatas.

c. Metode Tanya Jawab

Kelebihan:

1. Pertanyaan yang menarik dapat memusatkan perhatian siswa.

2. Merangsang siswa untuk melatih dan mengembangkan daya pikir, termasuk daya ingatan.

3. Mengembangkan keberanian dan keterampilan siswa dalam menjawab dan mengemukakan pendapat.

4. Dapat mengaktifkan siswa dalam belajar, sehingga tidak sekedar diam dan mendengarkan saja. Suasana kelas menjadi hidup dan dinamis.

5. Dapat mengurangi verbalisme dan memberi peluang kepada siswa untuk menanyakan sesuatu yang kurang jelas atau belum dipahaminya.

6. Melatih siswa dlam menyusun dan menjawab pertanyaan.

Kelemahan:

1. Siswa merasa takut, apalagi bila guru kurang dapat mendorong siswa untuk berani.

2. Tidak mudah membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat berpikir dan mudah dipahami siswa.

3. Waktu sering banyak terbuang, terutama bila siswa tidak dapat menjawab pertanyaan sampai dua atau tiga orang.

4. Dalam jumlah siswa yang banyak tidak mungkin cukup waktu untuk memberikan pertanyaan kepada siswa.

5. Pertanyaan atau jawaban dapat menyimpang dari pokok bahasan yang sedang dibicarakan.

d. Metode Demonstrasi

Kelebihan:

1. Dapat membuat pembelajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkret, sehingga menghindari verbalisme (pemahaman secara kata-kata atau kalimat).

2. Siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari.

3. Proses pembelajaran lebih menarik.

4. Siswa dirangsang untuk aktif mengamati.

5. Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan.

6. Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.

7. Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa.

8. Menambah aktivitas belajar siswa karena ia turut melakukan kegiatan peragaan.

9. Menghemat waktu belajar di kelas/sekolah.

10. Menjadikan hasil belajar yang lebih mantap dan permanent.

11. Membantu siswa dalam mengejar ketertinggalan penguasaan atas materi pelajaran, khususnya yang didemonstrasikan itu.

12. Membangkitkan minat dan aktivitas belajar siswa.

13. Memberikan pemahaman yang lebih tepat dan jelas.

Kelemahan:

1. Memerlukan keterampilan guru secara khusus.

2. Fasilitas yang memadai tidak selalu tersedia dengan baik.

3. Memerlukan persiapan dan perencanaan yang matang.

4. Mahalnya biaya yang harus dikeluarkan terutama untuk pengadaan alat-alat modern.

5. Demonstrasi tak dapat diikuti/dilakukan dengan baik oleh siswa yang memiliki cacat tubuh atau kelainan/kekurangmampuan fisik tertentu.

e. Metode Eksperimen

Kelebihan:

1. Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaan.

2. Melahirkan kreativitas dan inovasi baru dengan penemuan hasil percobaan.

3. Hasil-hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran umat manusia.

Kelemahan:

1. Memerlukan fasilitas peralatan dan bahan yang tidak mudah diperoleh, bahkan harganya terkadang mahal.

2. Menuntut keuletan dan ketelitian.

3. Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan, karena mungkin ada faktor-faktor tertentu yang berada di luar jangkauan kemampuan.

f. Metode Resitasi (Pemberian (Tugas)

Kelebihan:

1. Lebih merangsang siswa dalam melakukan aktivitas belajar individu dan kelompok.

2. Dapat mengembangkan kemandirian siswa di luar pengawasan guru.

3. Dapat membina tanggungjawab dan disiplin siswa.

4. Dapat mengembangkan kreativitas siswa.

5. Materi pelajaran yang digali dan dicari siswa sendiri cenderung lebih permanent (tahan lama) dikuasai siswa, di samping sifatnya yang lebih dimengerti daripada sekedar hafal saja.

6. Materi pelajaran lebih bersifat fungsional, dalam arti sesuai dengan kenyataan hidup sehari-hari, sehingga menjadi lebih bermanfaat bagi kehidupan siswa. Di samping itu berarti juga dapat dihindari peljaran yang menghasilkan verbalisme.

7. Mampu memupuk keberanian dalam mengambil insiatif, bertanggung jawab dan bersifat mandiri yang dapat mendorong terwujudnya kemampuan bersaing, tanpa menutup kemungkinan membina kemampuan bekerjasama.

Kelemahan:

1. Siswa sulit dikontrol apakah benar ia yang mengerjakan tugas atau dikerjakan orang lain.

2. Khusus tugas kelompok, sulit melihat mana yang aktif atau pasif.

3. Tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu siswa.

4. Sering memberikan tugas yang monoton dapat menimbulkan kebosanan siswa.

5. Tugas yang terlalu sering diberikan dan sifatnya sukar, merupakan beban yang berat dan dapat mengganggu ketenangan mental siswa.

g. Metode Bermain Peran

Kelebihan:

  1. Melatih anak untuk mendramatisasikan sesuatu serta melatih keberanian.
  2. Akan lebih menarik perhatian anak sehingga suasana kelas lebih hidup.
  3. Anak-anak dapat menghayati suatu peristiwa, sehingga mudah mengambil kesimpulan berdasarkan penghayatannya sendiri.
  4. Anak dilatih untuk dapat menyusun buah pikiran dengan teratur.

Kelemahan:

1. Membutuhkan waktu cukup panjang (banyak).

2. Memerlukan persiapan yang teliti dan matang.

3. Kadang-kadang anak-anak tidak mau memerankan suatu adegan, karena malu.

4. Apabila pelaksanaan dramatisasi gagal, kita tidak dapat mengambil kesimpulan apa-apa, dalam arti tujuan pendidikan tidak dapat tercapai.

h. Metode Karyawisata

Kelebihan:

1. Siswa memperoleh pengalaman langsung.

2. Siswa dalam belajar tidak sekedar melihat dan mendengarkan tetapi juga dapat ikut aktif mencoba melakukan sesuatu dalam kegiatan pada obyek karyawisata.

3. Oleh karena pada obyek-obyek karyawisata siswa dapat bertemu dengan petugas-petugasnya, berarti juga terbuka kesempatan untuk melakukan berbagai wawancara.

4. Karyawisata mampu menghilangkan batas-batas disiplin ilmu yang bersifat kaku, karena ternyata di dalam kehidupan banyak masalah yang harus dipecahkan secara inter-disipliner.

Kelemahan:

1. Karyawisata yang terlalu sering akan mengganggu rencana pembelajaran

2. Biasanya diperlukan persiapan yang matang dan biaya yang agak mahal.

3. Dalam keadaan lelah setelah menempuh perjalanan, terkadang siswa sulit memusatkan perhatiannya.

Tidak ada komentar: