THE LIGHT OF AL-QUR'AN

Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket

MY SCHOOL LAST TIME

MY PHOTOS

Jumat, 11 April 2008

TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Pengertian Tujuan Pembelajaran

Tujuan merupakan muara dan pangkal dari setiap proses pembelajaran. Oleh karena itu, tujuan menjadi pedoman arah dan sekaligus sebagai suasana yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Kepastian proses belajar mengajar berpangkal tolak dari jelas tidaknya perumusan tujuan pembelajaran. Semakin jelas dan operasional tujuan yang akan dicapai, maka semakin mudah menentukan alat dan cara mencapainya, dan sebaliknya.

Tujuan artinya sesuatu yang diinginkan, diharapkan, dicapai, atau dicita-citakan. Tujuan merupakan target atau sasaran yang akan dan harus diraih. Hal ini sesuai dengan makna tujuan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas RI, 2003: 1216), bahwa tujuan artinya arah, haluan (jurusan), yang dituju, maksud, dan tuntutan (yang dituntut). Dalam pembelajaran, tujuan ialah deskripsi tentang penampilan perilaku (performance) anak didik yang diharapkan setelah mempelajari bahan pelajaran tertentu. Suatu tujuan pembelajaran menunjukkan suatu hasil yang kita harapkan dari pembelajaran dan bukan sekedar proses dari pembelajaran itu sendiri.

Tujuan pembelajaran merupakan suatu cita-cita yang bernilai normatif, sebab dalam tujuan terdapat sejumlah nilai yang harus ditanamkan kepada anak didik. Nilai-nilai itu nantinya akan mewarnai cara anak didik bersikap dan berbuat dalam lingkungan sosial, baik di sekolah maupun di luar sekolah.

B. Hirarki Tujuan

Tujuan pendidikan memiliki urutan atau hirarki yang mengurut dari tujuan yang bersifat umum sampai kepada tujuan yang bersifat khusus. Hirarki itu dapat dilihat pada skema berikut:
1. TPU (Tujuan Pendidikan Umum)

Tujuan pendidikan umum atau disebut juga tujuan pendidikan secara universal adalah tujuan pendidikan secara umumnya yang hampir berlaku di seluruh dunia, yaitu ingin mencapai terbentuknya manusia yang baik atau masyarakat yang baik (good citizen). Ciri manusia yang baik itu secara umum dapat dibagi menjadi tiga macam:

  1. Badan sehat, kuat, serta mempunyai keterampilan (aspek jasmani).
  2. Pikiran cerdas serta pandai (aspek akal).
  3. Hati berkembang dengan baik (rasa, kalbu, ruhani).

Dari tiga ciri pokok ini muncullah tiga segi utama pembinaan pendidikan, yaitu:

  1. Pembinaan jasmani, kesehatan, dan keterampilan (daerah psikomotor).
  2. Pembinaan akal (daerah kognitif).
  3. Pembinaan hati (daerah afektif).

2. TPN (Tujuan Pendidikan Nasional)

Tujuan pendidikan nasional suatu bangsa menggambarkan manusia yang baik menurut pandangan hidup (falsafah dan/atau agama) yang dianut oleh bangsa itu. Tujuan pendidikan nasional Indonesia menggambarkan kualitas manusia yang baik menurut pandangan bangsa Indonesia. Tujuan pendidikan nasional tersebut tergambar secara jelas dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 sebagai berikut:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”

Dengan demikian tujuan pendidikan nasional adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

3. TI (Tujuan Institusional)

Tujuan institusional adalah tujuan pendidikan yang hendak dicapai melalui tingkat dan jenis pendidikan tertentu, misalnya tujuan pendidikan Sekolah dasar (SD), tujuan pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP), tujuan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA), dan lain-lain. Tujuan ini merupakan kualifikasi umum yang diharapkan telah dimiliki peserta didik yang sudah menyelesaikan tingkat/jenis pendidikan tertentu.

4. TK (Tujuan Kurikuler)

Tujuan kurikuler ialah tujuan pendidikan yang harus dicapai oleh siswa setelah menyelesaikan bidang studi/mata pelajaran. Tujuan mata pelajaran Kimia tentu berbeda dengan tujuan mata pelajaran Matematika. Jadi setiap mata pelajaran mempunyai tujuan masing-masing.

5. TI (Tujuan Instruksional)

Tujuan instruksional (tujuan pembelajaran) adalah tujuan pendidikan yang harus dicapai siswa setelah menyelesaikan suatu pokok bahasan atau sub pokok bahasan. Tujuan instruksional ini biasanya disusun oleh guru dan harus memperhatikan pedoman standar tujuan di atasnya (seperti Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dalam KTSP).

C. Syarat-Syarat Merumuskan Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran secara khusus harus dirumuskan oleh guru yang bersangkutan, dengan memenuhi syarat-syarat sebagai berikut;

  1. Secara spesifik menyatakan perilaku yang akan dicapai.
  2. Membatasi dalam keadaan mana perubahan perilaku diharapkan dapat terjadi (kondisi perubahan perilaku).
  3. Secara spesifik menyatakan kriteria perubahan perilaku dalam arti menggambarkan standar minimal perilaku yang dapat diterima sebagai hasil yang dicapai.

Dalam pandangan Mudhoffir (1990: 67), syarat-syarat praktis merumuskan tujuan pembelajaran itu adalah:

  1. Formulasi dalam bentuk yang operasional.
  2. Rumuskan dalam bentuk produk belajar, bukan proses belajar.
  3. Rumuskan dalam tingkah laku siswa, bukan perilaku guru.
  4. Rumuskan standar perilaku yang akan dicapai.
  5. Dalam satu rumusan tujuan, hanya mengandung satu tujuan belajar.

Hampir senada dengan di atas, Ahmad Tafsir (1992: 45-46) menyatakan bahwa tujuan pembelajaran itu harus memenuhi dua syarat, yaitu:

  1. Spesifik, artinya khusus. Khusus di sini berarti satu. Jadi satu rumusan tujuan pembelajaran hanya mengandung satu pola tingkah laku. “Siswa dapat membaca dan menerjemahkan surat Al-Fatihah,” misalnya, adalah contoh rumusan yang tidak khusus, karena ada dua pola tingkah laku, yakni dapat membaca dan menerjemahkan. Rumusan tersebut sebaiknya dijadikan dua rumusan, yaitu: 1) Siswa dapat membaca surat Al-Fatihah, dan 2) Siswa dapat menerjemahkan surat Al-Fatihah.
  2. Operasional, artinya jelas. Indikator jelas ialah dapat diukur. Dapat diukur maksudnya mudah dites. Jadi bila Anda sudah merumuskan tujuan pembelajaran, Anda ingin mengetahui apakah tujuan itu operasional atau tidak, maka Anda cukup mencoba membuat tes untuk tujuan tersebut. Bila tes dengan mudah dapat dibuat, maka tujuan itu cukup operasional. Dengan demikian dalam satu rumusan tujuan mesti perubahan tingkah lakunya menggunakan kata-kata yang operasional, seperti akan dibahas dalam bagian berikutnya (dalam bagian klasifikasi tujuan pembelajaran).

Di samping spesifik dan operasional, ada yang berpendapat bahwa perumusan tujuan pembelajaran itu harus memenuhi juga syarat ABCD, yang merupakan singkatan dari: A (Audience/Siswa), B (Behaviour/Perilaku, Tingkat Laku), C (Condition/Kondisi, Syarat terjadinya perubahan perilaku), dan D (Degree/Tingkatan, batasan perubahan perilaku). Contoh perumusan tujuan pembelajaran ideal menurut rumus ABCD tersebut:

1. Melalui demonstrasi, siswa mampu mempraktikkan tata cara sholat dengan benar.

Dari rumusan tersebut dapat dianalisis: A = Siswa, B = mempraktikkan, C = Melalui demonstrasi, dan D = dengan benar.

2. Melalui pengamatan dan penjelasan, siswa mampu menyebutkan lima (5) negara yang termasuk Negara ASEAN.

Dari rumusan tersebut, A = siswa, B = menyebutkan, C = Melalui pengamatan dan penjelasan, dan D = lima (5)

Dalam kurikulum KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi), tujuan pembelajaran itu tergambar dalam TPK (Tujuan Pembelajaran Khusus), dan dalam KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), tujuan pembelajaran itu tergambar secara jelas dalam kolom indikator. Tentunya pembuatan indikator yang merupakan produk murni guru harus mengacu kepada Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi dasar (KD) yang ada dalam silabus.

D. Klasifikasi Tujuan Pembelajaran

Menurut Benyamin S. Bloom dalam bukunya “The Taxonomy of Educational Objectives”, tujuan pembelajaran itu dapat diklasifikasikan menjadi tiga (3) domain/ranah/bidang/aspek, yaitu: Kognitif, Afektif, dan Psikomotor.

1. Kognitif (Cognitive)

Domain kognitif berkenaan dengan perilaku yang berhubungan dengan berpikir, mengetahui dan pemecahan masalah. Domain ini memiliki enam tingkatan, dari yang sederhana sampai yang kompleks. Keenam tingkatan tersebut adalah:

a. Pengetahuan (Knowledge): berhubungan dengan mengingat kepada bahan yang sudah dipelajari sebelumnya. Dengan istilah lain pengetahuan juga disebut recall (pengingatan kembali). Pengetahuan dapat menyangkut bahan yang luas maupun sempit, seperti fakta (sempit) atau teori (luas). Namun apa yang diketahui hanya sekedar informasi yang dapat diingat saja. Oleh karena itu tingkatan domain kognitif pengetahuan adalah rendah. Contoh kata kerja operasionalnya: menyebutkan, menunjukkan, mengidentifikasi, menjodohkan, memilih, menyatakan, mendefinisikan.

b. Pemahaman (Comprehension): Pemahaman adalah kemampuan memahami arti suatu bahan pelajaran, seperti menafsirkan, menjelaskan atau menerangkan suatu pengertian. Kemampuan ini lebih tinggi daripada pengetahuan. Contoh kata kerja operasionalnya: menjelaskan, menguraikan, merumuskan, merangkum, mengubah, menyadur, mermalkan, menyimpulkan, memperkirkan, menggantikan, menarik kesimpulan.

c. Penerapan (Aplication): Penerapan adalah kemampuan menggunakan atau menafsirkan suatu bahan yang sudah dipelajari ke dalam situasi baru atau situasi yang konkrit. Seperti menerapkan suatu dalil, metode, konsep, prinsip, atau teori. Kemampuan ini lebih tinggi daripada pemahaman. Contoh kata kerja operasionalnya: mendemonstrasikan, menghitung, menghubungkan, menghasilkan, melangkapi, menyediakan, menemukan.

d. Analisis (Analysis): Kemampuan menguraikan atau menjabarkan sesuatu ke dalam komponen atau bagian-bagian, sehingga susunannya dapat dimengerti. Kemampuan ini meliputi mengenal bagian-bagian, hubungan antar bagian serta prinsip yang digunakan dalam organisasinya. Contoh kata kerja operasionalnya: memisahkan, menerima, menyisihkan, menghubungkan, membandingkan, mempertentangkan, membagi, membuat diagram, menunjukkan hubungan.

e. Sintesis (Synthesis): kemampuan menghimpun bagian ke dalam suatu keseluruhan. Seperti merumuskan tema rencana atau melihat hubungan abstrak dari berbagai informasi/fakta. Kemampuan ini semacam kemampuan merumuskan suatu pola atau struktur baru berdasarkan kepada berbagai informasi atau fakta. Contoh kata kerja operasionalnya: mengkategorikan, mengkombinasikan, mengarang, menciptakan, mendesain, mengatur, menyusun kembali, menyimpulkan, merancang, membuat pola.

f. Evaluasi (Evaluation): Kemampuan membuat penilaian terhadap sesuatu berdasarkan pada maksud atau kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan dapat bersifat internal (seperti organisasinya) atau eksternal (relevansinya untuk maksud tertentu). Contoh kata kerja operasionalnya: memperbandingkan, mengkritik, mengevaluasi, membuktikan, menafsirkan, membahas, manksir, membedakan, melukiskan.

2. Afektif (Affective)

Domain ini berkaitan dengan sikap, rasa, nilai-nilai, interes (minat), apresiasi, dan penyesuaian perasaan sosial. Domain ini mempunyai lima tingkatan:

a. Penerimaan (Receiving): Keinginan untuk memperhatikan suatu gejala atau rangsangan tertentu. Hal ini menyangkut kegiatan: mendengar dengan penuh perhatian, menunjukkan kesadaran pentingnya belajar, menunjukkan kepekaan terhadap kebutuhan manusia dan masalah sosial, menerima perbedaan ras dan budaya, meperhatikan dengan sungguh-sungguh kegiatan di kelas. Contoh kata kerja operasionalnya: menanyakan, memilih, menjawab, melanjutkan, memberi, menyatakan, menempatkan.

b. Menanggapi (Responding): Menunjukkan kepada partisipasi aktif dalam kegiatan tertentu, seperti menyelesaikan pekerjaan rumah (PR), mentaati peraturan, mengikuti diskusi kelas, menyelesaikan pekerjaan di laboratorium, tugas khusu, atau menolong orang lain. Contoh kata kerja operasionalnya: melaksanakan, membantu, menawarkan diri, menaymbut, menolong, mendatangi, melaporkan, menyumbangkan, menyesuaikan diri, menyatakan persetujuan, mempraktikkan.

c. Berkeyakinan (Valuing): Penerimaan nilai tertentu pada diri individu, seperti menunjukkan kepercayaan terhadap sesuatu, apresiasi terhadap sesuatu, sikap ilmiah atau kesungguhan kerja (komitmen) untuk melakukan sesuatu peningkatan kehidupan sosial. Contoh kata kerja operasionalnya: menunjukkan, menyatakan pendapat, memilih, membela, membenarkan, menolak, mengajak.

d. Pengorganisasian (Organizing): Penerimaan terhadap berbagai nilai yang berbeda-beda berdasarkan pada suatu system nilai tertentu yang lebih tinggi, seperti menyadari pentingnya keselarasan antara hak dan tanggung jawab, bertanggung jawab terhadap perbuatan yang dilakukan, memahami dan menerima kelebihan dan kekurangan diri sendiri, atau menyadari peranan perencanaan dalam pemecahan masalah. Contoh kata kerja operasionalnya: merumuskan, mengintegrasikan, menghubngkan,, mengaitkan, menyusun, mengubah, melengkapi, menyempurnakan, menyamakan, mempertahankan, memodifikasi.

e. Karakterisasi (Characterization): Pada taraf ini individu sudah memiliki sistem nilai yang selalu menyelaraskan perilakunya sesuai dengan sistem nilai tertentu, seperti bersikap obyektif terhadap segala hal. Pada tingkat ini proses internalisasi nilai telah menempati tempat tertinggi dalam suatu hirarki nilai. Nilai itu telah tertanam secara konsisten pada sistemnya di dalam dirinya, telah efektif mengontrol tingkah laku pemiliknya dan mempengaruhi emosinya. Pandangan hidupnya berupa keyakinan pada diri sendiri yang mampu menghasilkan kesatuan dan konsistensi dalam berbagai aspek kehidupan. Sikap batin siswa telah benar-benar bijaksana. Ia telah memiliki philosophy of life yang mapan. Contoh kata kerja operasionalnya: bertindak, memperlihatkan, melayani, membuktikan, mempertimbangkan, mempersoalkan.

3. Psikomotor (Psychomotor)

Domain ini berkaitan dengan keterampilan (skill) yang bersifat manual dan motorik. Meliputi:

a. Persepsi (Perception): Berkenaan dengan penggunaan indera dalam melakukan kegiatan, seperti mengenal kerusakan mesin dari suaranya yang sumbang atau menghubungkan suara musik dengan tarian tertentu. Contoh kata kerja operasionalnya: memilih, membedakan, mempersiapkan, menunjukkan, mengidentifikasi, menghubungkan.

b. Kesiapan melakukan sesuatu (Set): Berkenaan dengan kesiapan untuk melakukan suatu kegiatan tertentu, termasuk di dalamnya mental set (kesiapan mental), physical set (kesiapan fisik) atau emosional set (kesiapan emosi) untuk melakukan suatu tindakan. Contoh kata kerja operasionalnya: memulai, bereaksi, memprakarsai, menanggapi, mempertunjukkan.

c. Mekanisme (Mechanism): berkenaan dengan penampilan respons yang sudah dipelajari dan sudah menjadi kebiasaan, sehingga gerakan yang ditampilkan menunjukkan kepada suatu kemahiran, seperti menulis halus, menari, mengatur laboratorium. Contoh kata kerja operasionalnya: megoperasikan, membangun, memasang, membongkar, memperbaiki, mengerjakan, menyusun, menggunakan.

d. Respons terbimbing (Guided Respons): Seperti peniruan (imitasi), yakni mengikuti, mengulangi perbuatan yang diperintahkan/ditunjukkan oleh orang lain, atau trial and error (coba-coba). Contoh kata kerja operasionalnya: mempraktikkan, memainkan, mengerjakan, membuat, mencoba, memasang, membongkar.

e. Kemahiran (Complex Overt Respons): Berkenaan dengan penampilan gerakan motorik dengan keterampilan penuh. Kemahiran yang dipertunjukkan biasanya cepat, dengan hasil yang baik namun menggunakan sedikit tenaga, seperti keterampilan dalam menyetir (mengendarai mobil). Contoh kata kerja operasionalnya: merakit, membuat, menyusun.

f. Adaptasi (Adaptation): Berkenaan dengan keterampilan yang sudah berkembang pada diri individu sehingga yang bersangkutan mampu memodifikasi pola gerakannya sesuai dengan situasi tertentu, seperti kita lihat pada orang bermain tenis, pola-pola gerakan disesuaikan dengan kebutuhan mematahkan serangan lawan. Contoh kata kerja operasionalnya: memodifikasikan, mengkombinasikan.

g. Originasi (Origination): Menunjukkan kepada penciptaan pola gerakan baru untuk disesuaikan dengan situasi atau masalah tertentu. Biasanya hal ini dapat dilakukan oleh orang yang sudah mempunyai keterampilan tinggi, seperti menciptakan tarian, komposisi musik atau mode pakaian.

Tidak ada komentar: